Minggu, 24 September 2017

Empat Poin Penting untuk Mulai Menulis

September 24, 2017 3 Comments
Seminar Jurnalistik
Mungkin ini adalah tulisan pertamaku setelah sekian lama gak pernah nulis. Mau mencoba menulis lagi karena tadi baru selesai ikut seminar jurnalistik tentang kepenulisan yang pembicaranya adalah bang Darwis Tere Liye dan bang Azhar Nurun Ala. Sebenernya awal ikut seminar jurnalistik ini karena pembicaranya bang Darwis, dari SMA memang suka banget sama tulisan-tulisan beliau yang sangat menginspirasi. Namun tidak hanya bisa bertemu dan tau seperti apa sosok bang Darwis yang aku dapat dari seminar tadi, tetapi juga inspirasi-inspirasi untuk bisa kembali menulis dan berkarya seperti mereka.
Pembicara pertama yaitu bang Azhar. Pada awalnya aku benar-benar tidak tau dan tidak mengenal siapa sosok bang Azhar ini, ya karena niat awal ikut seminar ini karena ada bang Darwis. Setelah moderator membacakan curriculum vitae bang Azhar barulah aku tau bahwa bang Azhar ini merupakan penulis novel “Tuhan Maha Romantis”. Aku sering mendengar judul novel tersebut, tetapi belum berkesempatan untuk membacanya. Setelah ini aku penasaran dan ingin tau seperti apa karya-karya bang Azhar. Tidak hanya novel “Tuhan Maha Romantis”, bang Azhar juga sudah menerbitkan beberapa judul novel, diantaranya “Jatuh”, “Seribu Wajah Ayah”, dan “Cinta adalah Perlawanan”. Kerennya lagi bang Azhar ini tidak mengirimkan naskahnya pada penerbit, melainkan mencetak sendiri semua novel-novelnya. Sampai saat ini novel yang paling sering dicetak ulang yaitu novel “Tuhan Maha Romantis” yang sudah mencapai cetakan ketujuh. Kerenkan ? beliau yang menulis naskahnya, beliau yang mencetak, beliau pula yang mendistribusikan.
Novel karya Bang Azhar
Motivasi yang aku dapat dari bang Azhar hari ini yaitu “Izinkan dirimu menulis jelek”, jangan takut, jangan minder, jangan merasa tidak bisa untuk memulai menulis, tulislah apa yang mau kamu tulis, dan publishlah. Pesan tersebut sangat mengena dihati, aku memang berhenti menulis karena merasa kalau tulisanku tidak bagus. Tapi setelah mendapat wejangan dari bang Azhar tersebut aku jadi sadar kalau aku harus berani dan mengizinkan diriku untuk menulis meskipun jelek, karena dengan begitu seiring berjalannya waktu tulisan-tulisan yang jelek bisa diperbaiki dengan latihan dan latihan.
Pembicara yang kedua yaitu Darwis Tere Liye. Siapa sih pencinta novel saat ini yang tidak kenal dengan Darwis Tere Liye, sepertinya semua sudah kenal dengan sosok bang Darwis. Pertama kali baca novel karya bang Darwis ini saat masih duduk di bangku SMA kelas satu. Saat itu teman sekelasku membawa novel bang Darwis yang berjudul “Negeri Para Bedebah”. Teman sekelasku ini ternyata sangat suka dengan karya bang Darwis, hampir semua novel karya bang Darwis dia punya. Saat melihat novel dengan cover merah tersebut awalnya aku sedikit tidak yakin untuk membacanya, aku pikir tidak akan sesuai dengan genre yang aku suka. Akan tetapi perspektifku tadi salah besar, ternyata novelnya sangat sangat seru sekali. Jika disuruh menilai mungkin aku akan memberi nilai 98/100. Sejak saat itu aku langsung meminjam semua koleksi novel karya bang Darwis yang temanku miliki, dan semua novel bang Darwis yang sudah aku baca sangat recomended untuk dibaca.

Karya-karya Tere Liye
"Negeri Para Bedebah" Novel karya Tere Liye yang aku baca pertama kali
Dalam seminar tadi bang Darwis menyampaikan empat poin penting untuk memulai menulis. Lagi-lagi ini sangat cocok dengan keadaanku yang kembali ingin menulis setelah mendengar kata-kata bang Azhar sebelumnya. Empat poin penting tadi yaitu
1.    Motivasi Menulis
Dipoin pertama ini kita harus menentukan tujuan awal kita, atau apa motivasi kita mau menulis agar jika kita sedang tidak mood atau malas untuk menulis kita bisa liat lagi tujuan awal atau motivasi kita untuk menulis.
2.    Apa yang akan Ditulis ?
Seringkali saat hendak mulai menulis kita bingung menentukan topik atau bahan apa yang akan kita tulis. Nah disini bang Darwis menjelaskan bahwa semua yang ada di dunia ini bisa dijadikan bahan untuk menulis. Jadi tidak usah terlalu memikirkan akan menulis apa, tulislah apa yang bisa kalian tulis. Dalam seminar tadi bang Darwis mencontohkan tentang ibu rumah tangga yang ingin menulis tapi bingung mau menulis apa, karena kesehariannya hanyalah menjadi ibu rumah tangga. Nah disitu bang Darwis menyuruhnya untuk menulis apa saja yang bisa dia tulis, apa saja yang dia bisa. Saat ditanya apa hobi beliau ? si ibu rumah tangga tadi menjawab memasak. Maka bang Darwis menyuruhnya untuk menulis semua resep makanan yang dia buat setiap harinya. Dan pada akhirnya ibu rumah tangga tadi dapat menghasilkan sebuah buku tentang resep-resep makanan yang sudah diterbitkan oleh penerbit. Dari cerita tersebut kita bisa belajar, bahwa apapun yang ada di sekitar kita bisa dijadikan bahan tulisan. So, jangan bingung-bingung lagi untuk memulai menulis.
3.    Apa itu Tulisan yang Baik ?
Tulisan yang baik itu adalah tulisan yang datang dari sudut pandang yang berbeda
Saat kita disuruh menuliskan sesuatu dengan kata “Hitam” maka sebagian besar akan menulisan tentang warna hitam, akan tetapi ada orang yang menuliskan hitam bukan hanya tentang warna, nah orang seperti itulah yang dikatakan memiliki sudut pandang yang berbeda. Jadi untuk menulis kita harus belajar melihat sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang saja, tapi lihatlah dari berbagai sudut pandang lainnya.
Tidak ada kalimat yang indah, menulislah seperti pelukis yang sedang melukis
Jangan terlalu sibuk membuat tulisan yang indah, karena mau dibolak-balik seperti apapun sebuah kalimat itu tetap sama tidak ada yang paling indah. Poinnya adalah keefektifan kalimat tersebut, maksudnya pembaca dapat menangkap apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Berhenti memikirkan ending 
kebanyakan penulis terlalu memikirkan ending saat menulis ceritanya. Kata bang Darwis dalam seminar tadi cukuplah bubuhkan kata TAMAT diakhir tulisanmu untuk mengakhiri tulisan tersebut. Tidak usah sibuk-sibuk memikirkan ending hingga novel tersebut tidak selesai-selesai. Dan kalian tau ? novel “Hafalan Sholat Delisa” dan novel “Negeri di Ujung Tanduk” karya bang Darwis itu ternyata sebenarnya belum selesai, tapi karena bang Darwis sudah tidak tau mau seperti apa endingnya dan tidak mau sibuk-sibuk memikirkan ending maka langsung saja beliau bubuhkan kata TAMAT di novel tersebut. “Siapa yang tau novel itu sebenarnya belum selesai ? tidak ada yang tau, itu hak penulis mau mengendingkan novelnya sampai dimana” ucap bang Darwis.
4.    Kata Kunci dalam Kepenulisan
Nah poin yang terakhir dan yang paling penting yaitu kata kunci dalam kepenulisan. Apa kata kunci dalam kepenulisan ? jawabannya yaitu “Latihan, latihan, dan latihan”. Kamu tidak akan pernah bisa menulis jika kamu tidak memulai dan terus melatih dirimu untuk menulis.
Dan quote terkahir dari bang Darwis sebelum menutup seminarnya yaitu
Waktu terbaik menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Waktu terbaik menanam pohon kedua adalah hari ini.
Jadi marilah kita mulai menulis dari saat ini. Jangan sampai 20 tahun mendatang kita menyesal karena tidak mulai menanam pohonmu dari hari ini.

Follow Us @elhidadiana