Empat Poin Penting untuk Mulai Menulis
Elvi Hidayati Diana
September 24, 2017
3 Comments
Seminar Jurnalistik |
Mungkin
ini adalah tulisan pertamaku setelah sekian lama gak pernah nulis. Mau mencoba
menulis lagi karena tadi baru selesai ikut seminar jurnalistik tentang
kepenulisan yang pembicaranya adalah bang Darwis Tere Liye dan bang Azhar Nurun
Ala. Sebenernya awal ikut seminar jurnalistik ini karena pembicaranya bang
Darwis, dari SMA memang suka banget sama tulisan-tulisan beliau yang sangat
menginspirasi. Namun tidak hanya bisa bertemu dan tau seperti apa sosok bang
Darwis yang aku dapat dari seminar tadi, tetapi juga inspirasi-inspirasi untuk
bisa kembali menulis dan berkarya seperti mereka.
Pembicara
pertama yaitu bang Azhar. Pada awalnya aku benar-benar tidak tau dan tidak
mengenal siapa sosok bang Azhar ini, ya karena niat awal ikut seminar ini
karena ada bang Darwis. Setelah moderator membacakan curriculum vitae bang Azhar barulah aku tau bahwa bang Azhar ini
merupakan penulis novel “Tuhan Maha Romantis”. Aku sering mendengar judul novel
tersebut, tetapi belum berkesempatan untuk membacanya. Setelah ini aku
penasaran dan ingin tau seperti apa karya-karya bang Azhar. Tidak hanya novel
“Tuhan Maha Romantis”, bang Azhar juga sudah menerbitkan beberapa judul novel,
diantaranya “Jatuh”, “Seribu Wajah Ayah”, dan “Cinta adalah Perlawanan”.
Kerennya lagi bang Azhar ini tidak mengirimkan naskahnya pada penerbit,
melainkan mencetak sendiri semua novel-novelnya. Sampai saat ini novel yang
paling sering dicetak ulang yaitu novel “Tuhan Maha Romantis” yang sudah
mencapai cetakan ketujuh. Kerenkan ? beliau yang menulis naskahnya, beliau yang
mencetak, beliau pula yang mendistribusikan.
Novel karya Bang Azhar |
Motivasi
yang aku dapat dari bang Azhar hari ini yaitu “Izinkan dirimu menulis jelek”, jangan takut, jangan minder, jangan
merasa tidak bisa untuk memulai menulis, tulislah apa yang mau kamu tulis, dan publishlah. Pesan tersebut sangat
mengena dihati, aku memang berhenti menulis karena merasa kalau tulisanku tidak
bagus. Tapi setelah mendapat wejangan dari bang Azhar tersebut aku jadi sadar
kalau aku harus berani dan mengizinkan diriku untuk menulis meskipun jelek,
karena dengan begitu seiring berjalannya waktu tulisan-tulisan yang jelek bisa
diperbaiki dengan latihan dan latihan.
Pembicara
yang kedua yaitu Darwis Tere Liye. Siapa sih pencinta novel saat ini yang tidak
kenal dengan Darwis Tere Liye, sepertinya semua sudah kenal dengan sosok bang
Darwis. Pertama kali baca novel karya bang Darwis ini saat masih duduk di
bangku SMA kelas satu. Saat itu teman sekelasku membawa novel bang Darwis yang
berjudul “Negeri Para Bedebah”. Teman sekelasku ini ternyata sangat suka dengan
karya bang Darwis, hampir semua novel karya bang Darwis dia punya. Saat melihat
novel dengan cover merah tersebut awalnya aku sedikit tidak yakin untuk
membacanya, aku pikir tidak akan sesuai dengan genre yang aku suka. Akan tetapi perspektifku tadi salah besar,
ternyata novelnya sangat sangat seru sekali. Jika disuruh menilai mungkin aku
akan memberi nilai 98/100. Sejak saat itu aku langsung meminjam semua koleksi
novel karya bang Darwis yang temanku miliki, dan semua novel bang Darwis yang
sudah aku baca sangat recomended untuk dibaca.
Karya-karya Tere Liye |
"Negeri Para Bedebah" Novel karya Tere Liye yang aku baca pertama kali |
Dalam
seminar tadi bang Darwis menyampaikan empat poin penting untuk memulai menulis.
Lagi-lagi ini sangat cocok dengan keadaanku yang kembali ingin menulis setelah
mendengar kata-kata bang Azhar sebelumnya. Empat poin penting tadi yaitu
1. Motivasi Menulis
Dipoin pertama ini kita
harus menentukan tujuan awal kita, atau apa motivasi kita mau menulis agar jika
kita sedang tidak mood atau malas untuk menulis kita bisa liat lagi tujuan awal
atau motivasi kita untuk menulis.
2.
Apa
yang akan Ditulis ?
Seringkali saat hendak
mulai menulis kita bingung menentukan topik atau bahan apa yang akan kita
tulis. Nah disini bang Darwis menjelaskan bahwa semua yang ada di dunia ini
bisa dijadikan bahan untuk menulis. Jadi tidak usah terlalu memikirkan akan
menulis apa, tulislah apa yang bisa kalian tulis. Dalam seminar tadi bang
Darwis mencontohkan tentang ibu rumah tangga yang ingin menulis tapi bingung
mau menulis apa, karena kesehariannya hanyalah menjadi ibu rumah tangga. Nah
disitu bang Darwis menyuruhnya untuk menulis apa saja yang bisa dia tulis, apa
saja yang dia bisa. Saat ditanya apa hobi beliau ? si ibu rumah tangga tadi
menjawab memasak. Maka bang Darwis menyuruhnya untuk menulis semua resep
makanan yang dia buat setiap harinya. Dan pada akhirnya ibu rumah tangga tadi
dapat menghasilkan sebuah buku tentang resep-resep makanan yang sudah
diterbitkan oleh penerbit. Dari cerita tersebut kita bisa belajar, bahwa apapun
yang ada di sekitar kita bisa dijadikan bahan tulisan. So, jangan
bingung-bingung lagi untuk memulai menulis.
3.
Apa
itu Tulisan yang Baik ?
Tulisan yang baik itu adalah tulisan yang datang dari sudut pandang yang berbeda
Saat kita disuruh
menuliskan sesuatu dengan kata “Hitam” maka sebagian besar akan menulisan
tentang warna hitam, akan tetapi ada orang yang menuliskan hitam bukan hanya
tentang warna, nah orang seperti itulah yang dikatakan memiliki sudut pandang
yang berbeda. Jadi untuk menulis kita harus belajar melihat sesuatu tidak hanya
dari satu sudut pandang saja, tapi lihatlah dari berbagai sudut pandang
lainnya.
Tidak ada kalimat yang indah, menulislah seperti pelukis yang sedang melukis
Jangan terlalu sibuk membuat
tulisan yang indah, karena mau dibolak-balik seperti apapun sebuah kalimat itu
tetap sama tidak ada yang paling indah. Poinnya adalah keefektifan kalimat
tersebut, maksudnya pembaca dapat menangkap apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Berhenti memikirkan ending
kebanyakan penulis terlalu memikirkan ending saat menulis ceritanya.
Kata bang Darwis dalam seminar tadi cukuplah bubuhkan kata TAMAT diakhir
tulisanmu untuk mengakhiri tulisan tersebut. Tidak usah sibuk-sibuk memikirkan
ending hingga novel tersebut tidak selesai-selesai. Dan kalian tau ? novel
“Hafalan Sholat Delisa” dan novel “Negeri di Ujung Tanduk” karya bang Darwis itu
ternyata sebenarnya belum selesai, tapi karena bang Darwis sudah tidak tau mau
seperti apa endingnya dan tidak mau sibuk-sibuk memikirkan ending maka langsung
saja beliau bubuhkan kata TAMAT di novel tersebut. “Siapa yang tau novel itu
sebenarnya belum selesai ? tidak ada yang tau, itu hak penulis mau mengendingkan novelnya sampai dimana”
ucap bang Darwis.
4.
Kata
Kunci dalam Kepenulisan
Nah poin yang terakhir
dan yang paling penting yaitu kata kunci dalam kepenulisan. Apa kata kunci
dalam kepenulisan ? jawabannya yaitu “Latihan, latihan, dan latihan”. Kamu
tidak akan pernah bisa menulis jika kamu tidak memulai dan terus melatih dirimu
untuk menulis.
Dan
quote terkahir dari bang Darwis sebelum menutup seminarnya yaitu
Waktu terbaik menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Waktu terbaik menanam pohon kedua adalah hari ini.
Jadi marilah kita mulai menulis dari saat ini. Jangan sampai 20 tahun mendatang kita menyesal karena
tidak mulai menanam pohonmu dari hari ini.