Sabtu, 05 September 2020

# Bercerita

Flashback Usaha, Doa, dan Kegagalan-Kegagalan dibalik suatu Pencapaian. (Reminder to Myself)

Catatan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri bahwa dibalik setiap kemenangan (re: pencapaian), ada berkali-kali kegagalan yang harus dilewati, karena sesungguhnya kegagalan itu merupakan tahapan untuk mencapai kesuksesan. Jadi, kalau kali ini gagal, gakpapa, Di, it’s means you deserve better, Allah will give you better, as long as you are keep trying and keep praying. 

“Kita benar-benar gagal kalau kita menyerah. Selama kita belum menyerah, kita belum gagal” – Jerome Polin.

Oke kembali ke tujuan awal, catatan ini dibuat untuk mengingat kembali hal-hal yang pernah dicapai sebelumnya, dan kegagalan-kegagalan serta usaha apa yang ada dibaliknya.

Tahun 2013. Saat itu aku masih kelas 1 SMA, dan alhamdulillah diterima di salah satu sekolah favorite di kotaku melalui jalur unggulan, ya meskipun peringkat rada-rada bawah wkwk. Di SMA selain ekstrakulikuler yang berhubungan dengan hobby, ada juga club-club mata pelajaran yang biasanya nanti digunakan untuk menjaring siswa yang akan dipilih untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ada matematika club, ekonomi club, kimia club, biologi, astronomi, kebumian, dan lain-lain. Sebenarnya mata pelajaran yang aku sukai yaitu matematika, tapi ya sebatas suka ngitung aja gitu, kalau sudah yang rumit kadang bingung juga jawabnya wkwk, dan sepertinya jika ikut club matematika bakan susah untuk terpilih mewakili sekolah untuk OSN, karena banyak sekali saingannya dan mereka memang orang-orang yang sudah terbiasa ikut lomba math dari SMP bahkan mungkin dari SD. Jadi, aku memutuskan untuk bergabung ke club ekonomi, karena dulu aku bercita-cita ingin kerja di bank (sudah senang ngitung duit sejak kecil, sejak punya mainan monopoli wkwk). Di club ekonomi saingannya lumayan fair, maksudnya kita semua sama-sama baru belajar ekonomi saat SMA, saat SMP tidak ada mapel ekonomi, eh tapi sebenarnya anak yang dari SMP sebelah (bukan SMP ku) mereka ada kelas unggulan ekonomi, memang disiapkan untuk lomba-lomba ekonomi, tapi masih okelah daripada aku bersaing sama anak math yang otaknya diatas rata-rata wkwk.

Singkat cerita aku berhasil terpilih ikut OSN tingkat kabupaten mewakili sekolah, ada 10 siswa yang menjadi perwakilan yang terdiri dari siswa kelas 10 dan 11. Di tahap kabupaten ini nantinya akan diambil 3 orang yang akan mengikuti OSN tingkat provinsi mewakili kabupaten. Waktu itu aku tidak terlalu ambis belajar untuk OSN, masih tetap mendahulukan tugas-tugas mata pelajaran di kelas meskipun sebenarnya anak OSN dapat dispensasi, karena aku pikir yang akan lolos 3 besar pastilah anak kelas 11. Namun jengjengjeng aku salah totaaal, ternyata yang lolos anak kelas 10 :”) 2 orang dari sekolahku (peringkat 2 dan 3), dan 1 orang dari SMA sebelah (peringkat 1).

Saat kelas 11, aku kembali berkesempatan mewakili sekolah dalam OSN tingkat kabupaten. Ini merupakan OSN terakhirku, karena setelah naik kelas 12, tidak bisa mengikuti OSN lagi. Jadi aku benar-benar belajar semaksimal mungkin. Sebenarnya aku rada minder, secara 2 orang temenku yang pernah ke tahap provinsi menurutku mereka pasti lolos lagi, jadi aku harus mengejar 1 tempat lagi, ya paling tidak di peringkat ke-3, pikirku saat itu. Aku benar-benar fokus OSN, aku menjadwal dalam 1 hari harus selesai membaca 1 bab materi ekonomi. Harus tidur jam 12 malam dan harus bangun jam 3 pagi. Intinya usaha dan doa ku benar-benar pol-polan waktu itu, agar bisa lolos 3 besar, setidaknya peringkat 3.

Hasil benar-benar tidak pernah mengkhianati usaha dan doa, alhamdulillah aku lolos tigas besar, dan tidak tanggung-tanggung, yang awalnya aku hanya mengharap peringkat ke-3, ternyata aku berada di peringkat pertama, alhamdulillah. Temanku yang tahun lalu lolos di peringkat 2, ditahun itu menjadi peringkat 3, dan yang tahun lalu peringkat 3 tahun ini tidak lolos. Peringkat 2 nya ? dari SMA sebelah hehe. Waktu itu aku ingat sekali temanku yang peringkat 3 bilang “ajaib banget ya kamu, sekalinya lolos langsung peringkat 1” aku hanya senyum-senyum aja. Benar-benar Allah tuh baik banget, tidak tanggung-tanggung kalau mengabulkan doa ;”)

Waktu itu aku hanya berhasil sampai di tingkat provinsi, gagal ke tingkat nasional. Aku berada di peringkat 18 se jawa timur, sedangkan yang lolos ke tingkat nasional hanya sampai peringkat 12. Ya memang usahaku kurang sih sepertinya, yang lolos tingkat nasional sepertinya mereka memang sudah belajar ekonomi dari SMP bahkan SD wkwk. Setelah OSN ini aku mulai semangat untuk mengikuti lomba-lomba ekonomi maupun akuntansi (Oh ya btw, aku dan temenku yang lulus ke tingkat provinsi ini sama-sama anak IPA, tapi lintas minat ekonomi (kurikulum 2013)). Saat kelas 12, aku mengikuti lomba ekonomi yang diadakan oleh Universitas Airlangga dan Universitas Malang, satu tim dengan temanku itu (sebut nama ajalah ya, namanya Amin), nah aku dan Amin berhasil lolos dibabak penyisihan, tapi kami selalu gagal untuk ke babak final wkwk, Cuma sampe babak semi final saja.

Masih di kelas 12 semester 1, aku ikut lomba lagi, kali ini lomba akuntansi tingkat Madura, dan individu, bukan kelompok seperti lomba sebelum-sebelumnya. Aku sedikit percaya diri akan menang, setidaknya 3 besar. Tapi jengjengjeng, bener gengs, sumpil, jangan pernah kita tuh congkak merasa bisa menang karena kita pintar, mau sepintar apapun, in the end Allah tetap yang menentukan :”) ternyata aku gagal, dan sangat fatal, gagalnya ditingkat penyisihan bahkan :”) benar-benar memalukan. Tapi aku juga senang, karena sahabatku yang sama-sama ikut ekonomi club dari kelas 10, sama-sama ikut OSN ekonomi selama kelas 10-11, tapi dia belum berhasil ke tingkat provinsi dan aku sedikit sedih dan tidak enak karena kita sering belajar bareng tapi hanya aku yang lolos ke tingkat provinsi. Namun kali ini dia berhasil juara 2, aku senang akhirnya usaha dia terbayarkan :”) Congrats, Iday wkwk (kali aja iday baca tulisanku ini).

Setelah gagal di lomba itu, kepercayaan diriku terjun drastis. Takut mau ikut lomba lagi, takut kalah dan malu-maluin. Masa peringkat 1 OSN tingkat kabupaten kalah sama yang gak lolos OSN kabupaten. Pikiran-pikiran itu bener-bener menghantui. Apalagi waktu kalah lomba akuntansi tingkat Madura itu ibukku bilang “yaah kalah lagi ya, ibuk kira yang kali ini bakal menang, karena Cuma tingkat madura.” dengan nada sedih dan kecewa. Seingetku ibuk juga bilang “udahlah nak, gak usah ikut lomba lagi, udah kelas 12 juga, eman-eman uang pendaftarannya” aku lupa benar-benar seperti itu atau gimana, tapi aku tau maksudnya begitu. Padahal setiap ikut lomba aku selalu pakai uang tabunganku sendiri, tidak pernah minta ke ibuk, tapi mungkin maksud ibuk sayang juga uangku biar aku bisa pakai buat yang lain, intinya aku tau maksud ucapan ibuk tidak buruk, she love me so much, i know. Tapi ya aku yang lagi down, tambah tau bikin ibuk kecewa, jadi tambah down.

Tidak lama dari lomba kemarin, ada lomba akuntansi tingkat Madura lagi, kali ini aku benar-benar bingung harus ikut atau tidak. Mau ikut, takut kalah lagi, kalau tidak ikut takut menyesal. Namun,aku ingat kata-kata di novel Tere Liye “Nak, 20 tahun mendatang kita akan lebih menyesali apa-apa yang tidak kita lakukan daripada apa yang kita lakukan”. Dari quote tersebut aku jadi berfikir, jika aku kalah setidaknya aku sudah mencoba, daripada aku tidak ikut dan ternyata yang menang adalah temanku, mungkin aku akan terus bertanya tanya “seandainya aku ikut, menang tidak ya?”. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut, tapi diam-diam, tidak memberitahu ibuk kalau aku akan ikut lomba lagi. Jaga-jaga jika kalah, setidaknya aku tidak membuat ibuk kecewa.

Pagi di hari H lomba, aku bersiap-siap biasa seperti akan berangkat sekolah. Pukul 06.30 aku masih di kamar, masih membaca-baca materi. Ibuk yang tau aku belum berangkat beberapa kali mengingatkan untuk segera berangkat agar tidak terlambat masuk sekolah, karena sekolahku masuk pukul 06.45, sedangkan perjalanan ke sekolah dari rumahku memakan waktu 15 menit. Seharusnya paling telat pukul 6.30 aku harus sudah berangkat ke sekolah, tapi karena pagi itu aku dispensasi lomba, langsung ke tempat lomba diadakan, dan mulainya masih pukul 08.00, maka aku masih santai-santai, tapi karena takut ibuk curiga, aku berangkat dari rumah pukul 06.45, untungnya ibuk tidak ngeh aku berangkat telat, jadi ibu tetap tidak tau kalau aku tidak pergi ke sekolah pagi itu.

Kali ini aku benar-benar pasrah. Pasrah dalam artian aku sudah berusaha, sudah belajar, dan sisanya aku serahkan sama Allah. Di dalam doa ku, aku bilang “ya Allah, mau sepintar apapun orang, akhirnya tetap engkau yang menuntukan. Tolong kali ini saja menangkan hamba, setidaknya juara 2 atau 3, hamba ingin mengobati kekecewaan ibu hamba” aku tidak minta juara 1, karena aku yakin yang akan juara 1 itu saingan anak SMA sebelah yang memang dia jago akuntansinya, yang lomba sebelumnya dia juga juara 1.

Lomba kali ini hanya terdiri dari 2 tahap, penyisihan dan semi final. Jadi juaranya diambil dari 3 peringkat teratas hasil pengerjaan soal semi final. Saat pengumuman babak penyisihan, jika tidak salah ingat aku ada di peringkat 2, peringkat 1 yap tentu saja saingan yang dari SMA sebelah itu. Pengumumannya sekitar pukul 5 sore, jadi seharian berada di tempat lomba tersebut. Sore sehabis ashar ada panggilan tidak terjawab dari ibuk, mungkin kepikiran karena aku belum pulang, padahal jam pulang sekolah pukul 1 siang, dan aku selalu izin jika akan pulang telat. Tapi karena aku tidak mau berbohong, aku putuskan untuk tidak telpon balik.

Singkat cerita, saat pembacaan pemenang, wah deg-degan banget sih ini, dibaca nomor peserta kemudian namanya. Saat dibacakan nomor peserta juara 3, ternyata bukan nomorku. Oh barang kali juara 2, aamiin aamiin semoga, pikirku. Namun saat dibacakan nomor peserta peringkat ke-2, jengjengjeng ternyata juga bukan nomor ku. Aku langsung menyandar ke kursi dan menutup wajah menggunakan tas, sudah mau nangis, pikiran sudah kemana-mana “ya Allah kok gagal lagi, gimana yang mau pulang, mau bilang apa ke Ibuk”. Kemudian saat dibacakan juara pertama, aku tidak terlalu berharap, bagiku sudah tidak mungkin. Namun ternyata Allah berkehendak lain, ternyata nomorku yang dibacakan, aku langsung menangis, benar-benar diluar dugaan. Karena tidak ada yang bereaksi saat dibacakan nomor peserta juara 1, orang-orang sudah mulai bertanya-tanya, kemudian saat dibacakan namaku, teman-temanku langsung heboh “Dii kamu dii”, padahal aku sudah tau sejak dibacakan nomor pesertaku, namun diam saja karena spechless huhu.

Hehe :")

Aku dan Iday (buluk banget ya muka kita waktu itu Day, maklum sih udah seharian wkwk)

Saat itu aku benar-benar sadar, janji Allah itu pasti. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Kegagalan saat itu mengajarkanku bahwa sepintar apapun jangan pernah merasa hal-hal yang kamu dapat merupakan hasil dari kepintaranmu, karena pada akhirnya Allah lah yang menentukan hasilnya. Allah tidak melihat apakah kamu pintar atau tidak, siapalah yang lebih pintar dari Allah ? Allah hanya mau melihat usahamu, dan mendengar doa mu. Dan sisanya, Allah yang akan memberikan yang terbaik untukmu. Allah ingin kamu selalu bergantung pada-Nya, hanya berharap pada-Nya, dan selalu mengandalkanNya. Jangan sekali-kali kamu mengandalakan kepintaranmu.

Catatan ini aku tulis setelah membaca quote di Instagram “Don’t forget the roads you have crossed. The accomplishments checked off your bucket list. Maybe right now you feel in a stand still. But don’t forget all of your progress.” – Jennae Cecelia

2 komentar:

Follow Us @elhidadiana