Sabtu, 05 September 2020

Flashback Usaha, Doa, dan Kegagalan-Kegagalan dibalik suatu Pencapaian. (Reminder to Myself)

September 05, 2020 2 Comments

Catatan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri bahwa dibalik setiap kemenangan (re: pencapaian), ada berkali-kali kegagalan yang harus dilewati, karena sesungguhnya kegagalan itu merupakan tahapan untuk mencapai kesuksesan. Jadi, kalau kali ini gagal, gakpapa, Di, it’s means you deserve better, Allah will give you better, as long as you are keep trying and keep praying. 

“Kita benar-benar gagal kalau kita menyerah. Selama kita belum menyerah, kita belum gagal” – Jerome Polin.

Oke kembali ke tujuan awal, catatan ini dibuat untuk mengingat kembali hal-hal yang pernah dicapai sebelumnya, dan kegagalan-kegagalan serta usaha apa yang ada dibaliknya.

Tahun 2013. Saat itu aku masih kelas 1 SMA, dan alhamdulillah diterima di salah satu sekolah favorite di kotaku melalui jalur unggulan, ya meskipun peringkat rada-rada bawah wkwk. Di SMA selain ekstrakulikuler yang berhubungan dengan hobby, ada juga club-club mata pelajaran yang biasanya nanti digunakan untuk menjaring siswa yang akan dipilih untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ada matematika club, ekonomi club, kimia club, biologi, astronomi, kebumian, dan lain-lain. Sebenarnya mata pelajaran yang aku sukai yaitu matematika, tapi ya sebatas suka ngitung aja gitu, kalau sudah yang rumit kadang bingung juga jawabnya wkwk, dan sepertinya jika ikut club matematika bakan susah untuk terpilih mewakili sekolah untuk OSN, karena banyak sekali saingannya dan mereka memang orang-orang yang sudah terbiasa ikut lomba math dari SMP bahkan mungkin dari SD. Jadi, aku memutuskan untuk bergabung ke club ekonomi, karena dulu aku bercita-cita ingin kerja di bank (sudah senang ngitung duit sejak kecil, sejak punya mainan monopoli wkwk). Di club ekonomi saingannya lumayan fair, maksudnya kita semua sama-sama baru belajar ekonomi saat SMA, saat SMP tidak ada mapel ekonomi, eh tapi sebenarnya anak yang dari SMP sebelah (bukan SMP ku) mereka ada kelas unggulan ekonomi, memang disiapkan untuk lomba-lomba ekonomi, tapi masih okelah daripada aku bersaing sama anak math yang otaknya diatas rata-rata wkwk.

Singkat cerita aku berhasil terpilih ikut OSN tingkat kabupaten mewakili sekolah, ada 10 siswa yang menjadi perwakilan yang terdiri dari siswa kelas 10 dan 11. Di tahap kabupaten ini nantinya akan diambil 3 orang yang akan mengikuti OSN tingkat provinsi mewakili kabupaten. Waktu itu aku tidak terlalu ambis belajar untuk OSN, masih tetap mendahulukan tugas-tugas mata pelajaran di kelas meskipun sebenarnya anak OSN dapat dispensasi, karena aku pikir yang akan lolos 3 besar pastilah anak kelas 11. Namun jengjengjeng aku salah totaaal, ternyata yang lolos anak kelas 10 :”) 2 orang dari sekolahku (peringkat 2 dan 3), dan 1 orang dari SMA sebelah (peringkat 1).

Saat kelas 11, aku kembali berkesempatan mewakili sekolah dalam OSN tingkat kabupaten. Ini merupakan OSN terakhirku, karena setelah naik kelas 12, tidak bisa mengikuti OSN lagi. Jadi aku benar-benar belajar semaksimal mungkin. Sebenarnya aku rada minder, secara 2 orang temenku yang pernah ke tahap provinsi menurutku mereka pasti lolos lagi, jadi aku harus mengejar 1 tempat lagi, ya paling tidak di peringkat ke-3, pikirku saat itu. Aku benar-benar fokus OSN, aku menjadwal dalam 1 hari harus selesai membaca 1 bab materi ekonomi. Harus tidur jam 12 malam dan harus bangun jam 3 pagi. Intinya usaha dan doa ku benar-benar pol-polan waktu itu, agar bisa lolos 3 besar, setidaknya peringkat 3.

Hasil benar-benar tidak pernah mengkhianati usaha dan doa, alhamdulillah aku lolos tigas besar, dan tidak tanggung-tanggung, yang awalnya aku hanya mengharap peringkat ke-3, ternyata aku berada di peringkat pertama, alhamdulillah. Temanku yang tahun lalu lolos di peringkat 2, ditahun itu menjadi peringkat 3, dan yang tahun lalu peringkat 3 tahun ini tidak lolos. Peringkat 2 nya ? dari SMA sebelah hehe. Waktu itu aku ingat sekali temanku yang peringkat 3 bilang “ajaib banget ya kamu, sekalinya lolos langsung peringkat 1” aku hanya senyum-senyum aja. Benar-benar Allah tuh baik banget, tidak tanggung-tanggung kalau mengabulkan doa ;”)

Waktu itu aku hanya berhasil sampai di tingkat provinsi, gagal ke tingkat nasional. Aku berada di peringkat 18 se jawa timur, sedangkan yang lolos ke tingkat nasional hanya sampai peringkat 12. Ya memang usahaku kurang sih sepertinya, yang lolos tingkat nasional sepertinya mereka memang sudah belajar ekonomi dari SMP bahkan SD wkwk. Setelah OSN ini aku mulai semangat untuk mengikuti lomba-lomba ekonomi maupun akuntansi (Oh ya btw, aku dan temenku yang lulus ke tingkat provinsi ini sama-sama anak IPA, tapi lintas minat ekonomi (kurikulum 2013)). Saat kelas 12, aku mengikuti lomba ekonomi yang diadakan oleh Universitas Airlangga dan Universitas Malang, satu tim dengan temanku itu (sebut nama ajalah ya, namanya Amin), nah aku dan Amin berhasil lolos dibabak penyisihan, tapi kami selalu gagal untuk ke babak final wkwk, Cuma sampe babak semi final saja.

Masih di kelas 12 semester 1, aku ikut lomba lagi, kali ini lomba akuntansi tingkat Madura, dan individu, bukan kelompok seperti lomba sebelum-sebelumnya. Aku sedikit percaya diri akan menang, setidaknya 3 besar. Tapi jengjengjeng, bener gengs, sumpil, jangan pernah kita tuh congkak merasa bisa menang karena kita pintar, mau sepintar apapun, in the end Allah tetap yang menentukan :”) ternyata aku gagal, dan sangat fatal, gagalnya ditingkat penyisihan bahkan :”) benar-benar memalukan. Tapi aku juga senang, karena sahabatku yang sama-sama ikut ekonomi club dari kelas 10, sama-sama ikut OSN ekonomi selama kelas 10-11, tapi dia belum berhasil ke tingkat provinsi dan aku sedikit sedih dan tidak enak karena kita sering belajar bareng tapi hanya aku yang lolos ke tingkat provinsi. Namun kali ini dia berhasil juara 2, aku senang akhirnya usaha dia terbayarkan :”) Congrats, Iday wkwk (kali aja iday baca tulisanku ini).

Setelah gagal di lomba itu, kepercayaan diriku terjun drastis. Takut mau ikut lomba lagi, takut kalah dan malu-maluin. Masa peringkat 1 OSN tingkat kabupaten kalah sama yang gak lolos OSN kabupaten. Pikiran-pikiran itu bener-bener menghantui. Apalagi waktu kalah lomba akuntansi tingkat Madura itu ibukku bilang “yaah kalah lagi ya, ibuk kira yang kali ini bakal menang, karena Cuma tingkat madura.” dengan nada sedih dan kecewa. Seingetku ibuk juga bilang “udahlah nak, gak usah ikut lomba lagi, udah kelas 12 juga, eman-eman uang pendaftarannya” aku lupa benar-benar seperti itu atau gimana, tapi aku tau maksudnya begitu. Padahal setiap ikut lomba aku selalu pakai uang tabunganku sendiri, tidak pernah minta ke ibuk, tapi mungkin maksud ibuk sayang juga uangku biar aku bisa pakai buat yang lain, intinya aku tau maksud ucapan ibuk tidak buruk, she love me so much, i know. Tapi ya aku yang lagi down, tambah tau bikin ibuk kecewa, jadi tambah down.

Tidak lama dari lomba kemarin, ada lomba akuntansi tingkat Madura lagi, kali ini aku benar-benar bingung harus ikut atau tidak. Mau ikut, takut kalah lagi, kalau tidak ikut takut menyesal. Namun,aku ingat kata-kata di novel Tere Liye “Nak, 20 tahun mendatang kita akan lebih menyesali apa-apa yang tidak kita lakukan daripada apa yang kita lakukan”. Dari quote tersebut aku jadi berfikir, jika aku kalah setidaknya aku sudah mencoba, daripada aku tidak ikut dan ternyata yang menang adalah temanku, mungkin aku akan terus bertanya tanya “seandainya aku ikut, menang tidak ya?”. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut, tapi diam-diam, tidak memberitahu ibuk kalau aku akan ikut lomba lagi. Jaga-jaga jika kalah, setidaknya aku tidak membuat ibuk kecewa.

Pagi di hari H lomba, aku bersiap-siap biasa seperti akan berangkat sekolah. Pukul 06.30 aku masih di kamar, masih membaca-baca materi. Ibuk yang tau aku belum berangkat beberapa kali mengingatkan untuk segera berangkat agar tidak terlambat masuk sekolah, karena sekolahku masuk pukul 06.45, sedangkan perjalanan ke sekolah dari rumahku memakan waktu 15 menit. Seharusnya paling telat pukul 6.30 aku harus sudah berangkat ke sekolah, tapi karena pagi itu aku dispensasi lomba, langsung ke tempat lomba diadakan, dan mulainya masih pukul 08.00, maka aku masih santai-santai, tapi karena takut ibuk curiga, aku berangkat dari rumah pukul 06.45, untungnya ibuk tidak ngeh aku berangkat telat, jadi ibu tetap tidak tau kalau aku tidak pergi ke sekolah pagi itu.

Kali ini aku benar-benar pasrah. Pasrah dalam artian aku sudah berusaha, sudah belajar, dan sisanya aku serahkan sama Allah. Di dalam doa ku, aku bilang “ya Allah, mau sepintar apapun orang, akhirnya tetap engkau yang menuntukan. Tolong kali ini saja menangkan hamba, setidaknya juara 2 atau 3, hamba ingin mengobati kekecewaan ibu hamba” aku tidak minta juara 1, karena aku yakin yang akan juara 1 itu saingan anak SMA sebelah yang memang dia jago akuntansinya, yang lomba sebelumnya dia juga juara 1.

Lomba kali ini hanya terdiri dari 2 tahap, penyisihan dan semi final. Jadi juaranya diambil dari 3 peringkat teratas hasil pengerjaan soal semi final. Saat pengumuman babak penyisihan, jika tidak salah ingat aku ada di peringkat 2, peringkat 1 yap tentu saja saingan yang dari SMA sebelah itu. Pengumumannya sekitar pukul 5 sore, jadi seharian berada di tempat lomba tersebut. Sore sehabis ashar ada panggilan tidak terjawab dari ibuk, mungkin kepikiran karena aku belum pulang, padahal jam pulang sekolah pukul 1 siang, dan aku selalu izin jika akan pulang telat. Tapi karena aku tidak mau berbohong, aku putuskan untuk tidak telpon balik.

Singkat cerita, saat pembacaan pemenang, wah deg-degan banget sih ini, dibaca nomor peserta kemudian namanya. Saat dibacakan nomor peserta juara 3, ternyata bukan nomorku. Oh barang kali juara 2, aamiin aamiin semoga, pikirku. Namun saat dibacakan nomor peserta peringkat ke-2, jengjengjeng ternyata juga bukan nomor ku. Aku langsung menyandar ke kursi dan menutup wajah menggunakan tas, sudah mau nangis, pikiran sudah kemana-mana “ya Allah kok gagal lagi, gimana yang mau pulang, mau bilang apa ke Ibuk”. Kemudian saat dibacakan juara pertama, aku tidak terlalu berharap, bagiku sudah tidak mungkin. Namun ternyata Allah berkehendak lain, ternyata nomorku yang dibacakan, aku langsung menangis, benar-benar diluar dugaan. Karena tidak ada yang bereaksi saat dibacakan nomor peserta juara 1, orang-orang sudah mulai bertanya-tanya, kemudian saat dibacakan namaku, teman-temanku langsung heboh “Dii kamu dii”, padahal aku sudah tau sejak dibacakan nomor pesertaku, namun diam saja karena spechless huhu.

Hehe :")

Aku dan Iday (buluk banget ya muka kita waktu itu Day, maklum sih udah seharian wkwk)

Saat itu aku benar-benar sadar, janji Allah itu pasti. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Kegagalan saat itu mengajarkanku bahwa sepintar apapun jangan pernah merasa hal-hal yang kamu dapat merupakan hasil dari kepintaranmu, karena pada akhirnya Allah lah yang menentukan hasilnya. Allah tidak melihat apakah kamu pintar atau tidak, siapalah yang lebih pintar dari Allah ? Allah hanya mau melihat usahamu, dan mendengar doa mu. Dan sisanya, Allah yang akan memberikan yang terbaik untukmu. Allah ingin kamu selalu bergantung pada-Nya, hanya berharap pada-Nya, dan selalu mengandalkanNya. Jangan sekali-kali kamu mengandalakan kepintaranmu.

Catatan ini aku tulis setelah membaca quote di Instagram “Don’t forget the roads you have crossed. The accomplishments checked off your bucket list. Maybe right now you feel in a stand still. But don’t forget all of your progress.” – Jennae Cecelia

Minggu, 30 Desember 2018

Cara Mengajukan Magang di Kementerian Keuangan

Desember 30, 2018 10 Comments
Halo, setelah sekian lama gak posting di blog, kali ini aku mau berbagi pengalaman gimana cara apply magang di Kementerian Keuangan tepatnya di Direktorat Perbendaharaan Negara (DJPb). Untuk kalian yang ingin magang di Kementerian Keuangan langkah-langkah yang bisa kalian lakukan untuk mengajukan proposal magang, yaitu :

1.    Tentukan Direktorat Mana yang Diminati untuk Tempat Magang
Jadi, Kementerian Keungan itu mempunyai sembilan Direktorat, yaitu Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Badan Kebijakan Fiskal, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Setiap Direktorat Jenderal mempunyai website masing-masing. Langkah pertama yang harus kalian lakukan jika ingin magang di Kementerian Keuangan yaitu tentukan kalian ingin magang di Direktorat Jenderal apa sesuai dengan jurusan, disiplin ilmu, ataupun minat kalian. Karena aku kuliah jurusan Akuntansi maka aku memilih untuk magang di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara (DJPb). Jika kalian belum tahu apakah Direktorat Jenderal tersebut relevan dengan jurusan atau disiplin ilmu yang kalian miliki, bisa langsung kunjungi website Direktorat Jenderal tersebut dan liat Profil Organisasinya.


2.      Pilih Divisi/Subunit di Direktorat Jenderal yang diminati
Setelah memilih Direktorat Jenderal yang diminati, langkah selanjutnya yaitu memilih Divisi/Subunit yang ada dalam Direktorat Jenderal tersebut. Contohnya DJPb memiliki empat Divisi/subunit yaitu Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Transformasi Perbendaharaan, Direktorat Sistem Perbendaharaan, Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan. Bagian-bagian tersebut dalam dilihat di website Direktorat Jenderal yang dipilih di bagian Struktur Organisasi. Saya sendiri memilih Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Jadi, dalam proposal yang akan kita ajukan nanti kita harus mencamtumkan divisi/subunit/direktorat yang kita inginkan untuk magang. Sehingga kita harus mencamtumkan divisi/subunit/direktorat yang kita minati, tetapi tetap kasih tambahan informasi bahwa kita menerima ditempatkan di divisi/subunit/direktorat lain yang bersangkutan. Untuk jaga-jaga jika divisi/subunit/direktorat yang kita minati sudah penuh kuota magangnya.

3.    Hubungi Direktorat Jenderal yang akan kita tuju
Setelah kita memilih Direktorat Jenderal apa dan di divisi/subunit/direktorat yang kita minati, maka langkah selanjutnya yaitu menghubungi kantor Direktorat Jenderal tersebut. Nomor telepon setiap Direktorat Jenderal dapat kita temukan di website masing-masing. Tujuan menghubungi kantor Direktorat Jenderal yaitu untuk mengetahui apakah Direktorat Jenderal tersebut menerima magang, jika menerima apa saja persyaratannya. Berbeda dengan OJK yang sudah tertera dengan jelas apa saja syarat-syarat jika ingin mengajukan magang, di Kementerian Keuangan ini lebih fleksibel, maksudnya tidak banyak dan tidak ribet. Saat kita menelpon kantor Direktorat Jenderal yang bersangkutan dan menyampaikan tujuan kita yang ingin bertanya perihal persyaratan magang, biasanya akan diberikan nomor telepon bagian HRD untuk langsung bertanya ke bagian HRD. Bagian HRD yang akan menjelaskan apa saja persyaratannya. Di DJPb sendiri hanya diminta untuk mengirimkan surat permohonan magang dari fakultas/universitas serta keterangan mengajukan magang di divisi/subunit/direktorat mana. Karena saya kuliah di Semarang dan berkah persyaratannya harus saya kirim melalui jasa pengiriman maka untuk jaga-jaga ada persyararatan yang kurang, saya melengkapi berkas-berkasnya seperti persyaratan di tempat magang yang lain. Seperti, proposal magang, surat permohonan magang dari fakultas, surat pernyataan bersedia magang, transkip nilai, dan curriculum vitae (cv).

4.        Lengkapi dan Kirim Persyaratan yang dibutuhkan
Jika seluruh persyaratan sudah lengkap, masukkan kedalam amplop coklat dan beri kop (berikan keterangan jika berkas tersebut ditujukan untuk bagian HRD Direktorat Jenderal yang bersangkutan, perihal berkas magang). Kemudian kirim berkas persyartan tersebut ke kantor Direktorat Jenderal yang bersangkutan. Alamat kantor Direktorat Jenderal dapat dilihat di masing-masing website. Jangan lupa untuk memastikan paket tersebut akan sampai di hari kerja.

5.        Konfirmasi Sampainya Berkas
Jika berkas yang kita kirimkan sudah sampai (berdasarkan aplikasi atau keterangan dari jasa pengiriman), selanjutnya untuk jaga-jaga kita hubungi kembali HRD Direktorat Jenderal untuk mengkonfirmasi apakah berkas yang kita kirimkan sudah diterima. Dan sampaikan jika kita menunggu informasi selanjutnya.

6.        Follow Up

Jika dua atau tiga minggu setelah berkas kita diterima belum ada informasi lanjutan maka lebih baik untuk menelpon kembali HRD Direktorat Jenderal yang bersangkutan untuk memfollow up berkas kita. Kita tidak akan langsung mendapat jawaban pasti dari bagian HRD sehingga harus sering-sering untuk memfollow up dan meminta kepastian mengenai pengajuan magang. 

Kurang lebih begitulah langkah-langkah untuk mengajukan magang di Kementerian Keuangan berdasarkan pengalaman saya. Untuk mengajukan magang di tempat lainpun kurang lebih langkah-langkahnya sama, yaitu kunjungi websitenya, lihat profil organisasi apakah sesuai dengan minat kita, telepon kantornya untuk menanyakan persyaratan yang dibutuhkan dan seterusnya. Untuk BI dan OJK biasanya ada persyaratan untuk mengajukan magang paling lambat 2 bulan sebelum tanggal magang, so jangan mepet-mepet untuk menyiapkan persyaratannya yaa. Semoga postingan ini bermanfaat. Salam semangat :)

With Love,

Dii      
#Caramagang #magangdikementeriankeuangan 

Sabtu, 17 Maret 2018

Perjalanan ke Destinasi Liburan selanjutnya (re:Jekardah)

Maret 17, 2018 0 Comments

Rabu, 10 Januari 2018
          Hari ini jadwal berpetualang ke destinasi selanjutnya. Setelah berburu roti canai di Waru kemarin, list yang ada di jadwal liburanku selanjutnya yaitu “Berpetualang di Ibu Kota”. Hari ini aku akan berangkat ke Jakarta naik Kereta. Keretanya berangkat pukul 12.00 WIB dari stasiun Gubeng Surabaya. Aku baru sempat packing barang-barang yang akan dibawa tadi pagi seusai sholat subuh. Semalem sudah tepar karena kecapean seharian berpetualang di Waru. Pagi saat bangun tidurpun sebenarnya tenggorokan sakit, susah nelen, perut juga gak enak, rasanya udah pengen tidur lagi aja dan males kemana-mana. Tapi kalo inget tiket yang udah dibeli dan sususan jadwal liburan yang sudah dibuat, mau gak mau pagi itu aku paksain untuk bangun dan siap-siap.
          Aku berangkat ke terminal Pamekasan pukul 07.30 WIB dari rumah. Perjalanan dari Pamekasan ke Surabaya kurang lebih tiga jam. Waktu itu bus menuju Surabayanya berangkat pukul 08.00 WIB. Di Surabaya aku turun di daerah Kedinding, daerah situ yang paling deket kalau mau ke stasiun Gubeng. Dari Kedinding ke stasiun Gubeng aku naik gojek, dan karena di sekitar Kedinding tempat aku turun dari bus tadi banyak ojek pengkolan jadilah harus jalan dulu ke depan sekolah (sekolah apa aku lupa) kira-kira 400 meter untuk bisa pesan gojek. Di perjalanan itu tiba-tiba perutku enek gak kuat dan akhirnya muntah di pinggir jalan. Oke, udah jalan sendirian, nenteng-nenteng tas (waktu itu aku bawa daypack dipunggung, satu tas jinjing, dan 1 totebag), muntah pula, huuuft. sebenernya Sebelum turun perutku sudah gak enak, enek-enek mau muntah tapi aku tahan kan gak lucu kalau sudah mau turun dari bus tapi malah muntah dulu :”)  jadilah muntah sendirian di pinngir jalan. Sempet kepikiran “ini aku ngapain, berani bener, udah sendirian, gak enak badan, sok kuat” tapi emang gak ada pilihan lain selain harus kuat, demi liburan hehe. Setelah sampe di depan sekolah itu aku langsung pesen gojek, dan entah kenapa waktu itu abang gojeknya ada yang chat lewat aplikasi dan ada yang telepon. Aku kira itu orang yang sama tapi ternyata itu dua orang yang berbeda, alias orderanku diterima sama dua driver. Karena waktu itu aku pakai go-pay dan abang gojek yang satunya kurang baik, jadilah sama dia tetep di jalanin padahal aku sudah di jemput sama abang gojek yang dateng lebih dulu. Intinya go-payku berkurang 2x lipat alias aku bayar kedua abang gojek itu :”)
          Pukul 11.00 WIB aku sudah sampai di terminal dan sudah duduk manis di ruang tunggu karena keretanya masih akan berangkat satu jam lagi. Aku selalu suka melakukan perjalanan sendiri, disaat seperti itu aku jadi banyak merenung dan melihat sekitar. Seperti saat di ruang tunggu itu, karena aku sendiri dan gak ada temen ngobrol jadi aku bisa leluasa  memperhatikan sekitar. Orang yang berdiri di depan area kedatangan untuk menjemput kerabatnya, dan ada pula yang harus berpisah di pintu keberangkatan. Stasiun, terminal, bandara, selalu punya dua sisi yang berbeda. Ada orang-orang yang berbahagia karena akan segera berjumpa dengan yang ditunggu dan ada pula yang sedang bersedih menahan air mata karena harus berpisah dengan orang yang diantarnya. Tetapi karena memang dasarnya aku orang yang gak bisa diem lama-lama, jadi aku selalu berkenalan dengan orang yang berada di dekatku. Aku suka berkenalan dengan orang baru,karena kadang dengan berkenalan dengan orang baru aku bisa mendapat informasi baru.

          Tepat pukul 12.00 WIB kereta yang aku tumpangi berangkat menuju Jakarta dengan tujuan akhir stasiun Pasar Senen. Aku naik kereta ekonomi Tawang Jaya. Ada beberapa alasan kenapa aku lebih suka naik kereta ekonomi, yang pertama tentu saja karena harganya yang murah. Menurutku kalau Cuma di perjalanan mah yang murah aja, yang penting sampai dengan selamat. Kalau naik kereta yang mahal sayang duitnya mending buat tambahan jajan di tempat tujuan. Alasan yang kedua yaitu karena dengan naik kereta ekonomi aku bisa lebih luas lagi memandang hidup, melihat sisi lain kehidupan yang bisa membuatku merasa harus lebih banyak bersyukur, serta merasa malu karena selalu mengeluh. Di kereta ekonomi kalian akan melihat banyak orang-orang dari berbagai kalangan, kebanyakan kalangan menengah kebawah dan entahlah ini tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Contohnya saat itu yang duduk didepan ku bapak-bapak dengan satu anak kecilnya. Bapak-bapak itu masih muda, baru sekitar 30an, anaknya juga masih sekitar 4 atau 5 tahun. Si bapak ini rela berdiri atau kadang duduk di bawah saat sudah malam dan anaknya sudah mau tidur. Bapak tadi berdiri agar anaknya bisa tidur berbaring di kursi, melihat bapak itu begitu menjaga anaknya aku jadi sadar betapa kasih sayang orang tua itu benar-benar sepanjang masa. Alasan selanjutnya yaitu di kereta ekonomi lebih kerasa kekeluargaannya. Di kereta ekonomi yang duduknya berhadap-hadapan membuat kita pasti saling menyapa dengan teman sebangku dan bangku depan kita, dari situ kemudian mengalirlah cerita-cerita sudah layaknya teman lama yang baru bertemu. Bahkan kalau ada yang sedang atau mau makan pasti semuanya ditawarin. Kereta ekonomi saat ini tidak seperti dulu saat aku pertama kali naik kereta ke Jakarta ketika kelas lima SD. Dulu keretanya tidak ada AC nya, pedagang bebas keluar masuk, bahkan dulu sampai ada yang tidur di bawah kursi :”) kereta ekonomi yang sekarang sudah jauh berbeda, sudah bersih, ber AC dan hanya yang punya tiket yang bisa masuk, tidak ada lagi pedagang-pedagang dari luar, pengamen, bahkan tukang sapu. Namun tetap saja kita harus bisa menjaga barang-barang berharga dengan baik.
          Ini bukan kali pertama aku sendirian ke Jakarta, dulu pertama kali sendirian ke Jakarta itu waktu aku kelas dua SMP, dan itu naik bus yang langsung Pamekasan-jakarta karena waktu itu aku belum tau cara ke Surabaya dan ke stasiun seorang diri caranya gimana. Tapi perjalanan kali ini tetap ada yang berbeda dengan perjalanan sebelum-sebelumnya. Kereta yang aku tumpangi ini di jadwalkan akan sampai di stasiun Pasar Senen sekitar pukul 02.00 WIB, dan karena tempat pertama yang akan aku kunjungi itu tempat mbk sepupu yang di Tangerang  jadilah aku harus turun di stasiun Pasar Senen dan itu artinya aku harus menunggu di terminal sampai pagi karena mbk sepupu baru akan menjemput pagi-pagi naik KRL pertama. Sebenarnya saudara ku yang rumahnya di daerah Matraman menyuruh untuk turun di stasiun Jatinegara saja biar bisa langsung di jemput karena rumah saudara yang di Matraman dekat dengan stasiun Jatinegara. Tapi karena siang itu juga akan langsung ke rumah mbk sepupu yang di Cileungsi sama mbk sepupuku yang di Tangerang akan repot kalau turunnya tidak langsung di Pasar Senen. Dengan membulatkan tekad walau sebenarnya rada takut tapi aku memutuskan untuk langsung turun di Pasar Senen saja. Dan ternyata Allah mempermudah urusanku saat itu. Kereta yang aku tumpangi berhenti cukup lama di stasiun Solo Balapan karena harus melepas gerbong khusus, karena itulah jam tiba di stasiun Pasar Senen juga jadi molor, yang harusnya tiba pukul 02.00 WIB tapi saat itu kereta yang aku tumpangi tiba sekitar pukul 03.15 WIB.
          Turun dari kereta aku langsung mencari musholla, dan ternyata benar kata mbk sepupuku kalau mushollanya ditutup agar tidak ada yang tidur di musholla. Dari pintu kedatangan, depan musholla hingga, hingga arah menuju toilet banyak sekali orang-orang yang tidur. Ada yang tidur posisi berbaring berbantal tas, ada yang duduk dan lain semacamnya. Kemudian aku memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu, karena toiletnya sangat antri jadi aku baru selesai dari toilet sekitar pukul 03.45 WIB dan ternyata mushollanya sudah dibuka, yeee jadi aku tidak perlu menunggu diluar berlesehan seperti orang-orang yang aku lihat tadi. Setelah selesai menjamak takhir isya’ dengan maghrib aku tetap duduk di dalam musholla sekalian menunggu adzan subuh. Saat itu adzan subuh di Jakarta sekitar pukul setengah lima, setelah usai sholat berjamaah di musholla stasiun kemudian aku keluar menuju ruang tunggu. Sebenarnya itu ruang tunggu keberangkatan tapi karena aku bingung mau menunggu dimana jadi ya disitu saja intinya kan ruang tunggu hehe. Ternyata juga banyak orang yang tidur di ruang tunggu, aku memilih duduk di salah satu kursi panjang yang kosong biar bisa berbaring meskipun sebentar karena sudah lelah di kereta selama kurang lebih 15 jam dan kaki gak bisa bebas selonjoran. Waktu itu pukul lima pagi, mbk sepupuku baru mau berangkat dari kontrakannya menuju stasiun KRL terdekat dan baru naik KRL sekitar pukul setengah 6, jadi lumayan aku bisa tiduran dulu.


          tak lama kemudian ada mbk-mbk yang duduk di kursi samping ku. Tebakanku sih mbk-mbk tadi seumuran denganku. Karena merasa ada temen yang bisa diajak ngobrol jadi aku ganti jadi posisi duduk dan mulai berkenalan sama mbk-mbk tadi. Namanya Tata, anak PWK ITS 2016, dan yak benar kita seumuran. Kebetulan teman SMA ku ada yang di jurusan PWK ITS juga yang notabanenya sekarang jadi temen angkatannya Tata jadilah kita malah ngebicarain temenku itu hehe bukan ngegosip tapi loh ya. Setelah itu kita jadi bertukar cerita, ternyata Tata ini baru pulang dari Singapore. Dia dapet beasiswa pertukaran pelajar selama satu minggu (kalo gak salah) di Singapore dari Scholarion, jadi aku kebagian oleh-oleh dua coklat dari Singapore pagi itu wehee. Setelah saling bertukar cerita akhirnya kita menyudahi obrolan kita pagi itu karena aku mau menunggu mbk sepupuku yang sudah hampir sampai di depan pintu kedatangan, sedangkan Tata mau mencari sarapan karena jadwal berangkat keretanya masih nanti siang. Sebelum berpisah kita saling follow ig dulu, nambah kenalan. Itulah kenapa aku suka berkenalan dengan orang baru, karena selain kita mendapat teman baru kita juga akan mendapat informasi dan cerita-cerita baru.
yang sebelah kiri itu Tata, yang kanan aku. maafkan muka buluk itu muka lelah menempuh perjalanan hampir satu hari :")
Coklat dari Singapore, oleh-olehnya Tata hehe

         
Sebenarnya ini baru cerita perjalananku dari rumah hingga Jakarta. Karena ceritanya sudah panjang jadi untuk cerita eksplore Jakartanya di post berikutnya yaaaaa. Tujuan post cerita di blog biar nanti beberapa tahun ke depan kalau sedang ingin flashback tinggal baca-baca cerita di blog ini. Tapi kalau mungkin ada yang baca semoga bisa ada hal bermanfaat yang bisa diambil hehe. Ambil yang baik, buang yang buruk. See you in next post guys.

Minggu, 18 Februari 2018

Jalan-Jalan ke Waru [berburu roti canai]

Februari 18, 2018 0 Comments

Jalan-jalan ke Waru

          Setelah sekian lama gak nulis di blog, akhirnya cerita ini berhasil juga aku tulis hehe. Sebenernya pengen post cerita ini di blog biar suatu saat kalo lagi kangen masa-masa ini bisa baca ulang ceritanya. Karena ini blog pribadiku jadi kan ya terserah aku mau di isi apa :))


Okedeh ini dia cerita ku jalan-jalan ke Waru untuk berburu roti canai ...

Selasa, 09 Februari 2018
Pagi itu aku dan kiki (sahabatku dari SMA) akan pergi kerumah Didin, sahabat dari SMA ku juga. Rumah Didin ini berbeda kecamatan dengan tempat kita tinggal, namun masih di satu kabupaten Pamekasan. Rumahku dan Kiki di Kecamatan/Kota Pamekasan sedangkan rumah Didin di Kecamatan Waru. Aku dan Kiki sepakat untuk bertemu di tempat biasa menunggu angkutan umum pukul 07.30, tapi karena ada sedikit drama di pagi hari seperti adekku yang masih kecil gamau sekolah kalo gak aku yang nganter atau dia gamau sekolah tapi maunya ikut jalan-jalan, hffttt. Akhirnya aku sampai di lokasi janjian sekitar pukul 07.50, kiki sudah sampai duluan dan sudah nelpon-nelpon karena aku belum sampe juga waktu itu hehe maafin kay.
Ini pengalaman pertama kami ke Waru naik angkutan umum. Dulu waktu SMA kita pernah ke rumah Didin, tapi diantar oleh supir keluarga kiki. Aku kira angkutan umum yang ke arah Waru ini ada yang jenis busmini, tapi waktu kita nunggu disana gak ada busmini yang ke arah Waru, semuanya ke arah kota Sumenep atau Sampang. Selang berapa menit ada kondektur yang menanyai kita “mau kemana mbk ?”, “ke Waru, Pak.” Trus kebetulan ada angkutan umum (jenis L300 gitu mobilnya) lewat, trus si kondektur tadi bilang “ini mbk yang jurusan ke Waru”, dan aku dengan polosnya menjawab “enggak pak kita mau naik yang busmini” dan si kondektur tadi langsung menjawab “Lah gak ada busmini jurusan Waru, busmini itu jurusan Sumenep atau Sampang. Nunggu sampe besok juga gak bakal ada”. Dan seketika aku dan kiki tercengang, haha aku kalo inget itu malu parah sih kay. Jadi angkutan umum jenis L300 itu lebih gimana ya, sedikit lebih memprihatinkan lah dibanding busmini. Kalau aku sih gak masalah naik apa juga yang penting sampe, tapi masalahnya aku bawa kiki, jenis anak orang yang naik busmini aja baru pas dia kelas 3 SMA, itupun gegara kita setiap minggu ikut bimbingan belajar yang letaknya di kabupaten sebelah. Akhirnya karena gak punya pilihan lain naiklah kita ke L300 itu. Untungnya di mobil itu masih sepi dan di kursi depan juga masih kosong, jadi kita memilih untuk duduk di depan samping sopir.
Awalnya perjalanan kita dengan L300 ini lancar, tapi ternyata sampai di pasar (pasar mana ya aku lupa namanya hehe pokoknya pasar ke jalan yang arah Pakong) sopirnya berhenti dan masih menunggu penumpang. Setelah beberapa menit yang cukup lama, akhirnya angkutan L300 inipun penuh, bahkan ada satu ibu-ibu yang ikut duduk di kursi depan, yang membuat aku dan kiki duduk sempit-sempitan :’). Gak cukup sampe situ, angkutan L300 ini berhenti lagi di Pasar Pakong. Ini sudah setengah perjalanan menuju Waru dan ternyata kita di oper, sip mantab. Kita di oper ke angkutan L300 lain karena penumpang yang menuju waru cuma kita aja, ya akhirnya terpaksalah kita pindah ke L300 lainnya. Akhirnya setelah perjalanan ke Waru yang berkelok-kelok dan sedikit membuat pusing, sekitar pukul 10.00 lebih kita sampai di rumah Didin. Membutuhkan waktu dua jam lebih men, padahal kalau naik motor atau mobil sendiri ke Waru hanya membutuhkan sekitar 45 menit. Gakpapalah, pengalaman.
Jadi sebenarnya tujuan utama ke Waru ini karena aku pengnen banget roti Canai, dan roti canai ini adanya cuma di Waru. Sesampainya di Waru aku dan Kiki diajak Didin ke bukit-bukit gitu lah. Intinya cari spot foto-foto hehe. Tapi karena kita kesananya siang, dan itu panas banget akhirnya acara foto-foto cuma sebentar, sebentar tapi udah cukup membuat kulit terbakar. Jadi buat yang tanya kenapa aku semakin eksotis pas balik Semarang, ini salah satu jawabannya guys.



(dari kiri) Aku, Kiki, Didin

Selesai dari bukit-bukit kita rujaan dirumah Didin sambil mengenang masa SMA, cerita-cerita gimana di tempat rantau masing-masing dan entahlah kebanyakan ngobrol gak jelasnya. Siangnya kita diajak Didin buat makan di warung makan Pattaya. Pattaya itu kalo gak salah nama kota di Thailand, entah warung makan ini khas Thailand atau bukan. warungnya sih biasa aja, gak begitu luas atau sempit juga. Waktu itu kita bertiga sama-sama pesen nasi goreng pattaya, karena memang menu itu yang khas dari warung ini. Harga-harga makanan disana sih worth it lah, masih sesuai sama kantong mahasiswa. Rasa nasi gorengnya ya lumayan lah gak yang waw banget tapi sesuai sama harga. Es jeruknya yang aku suka, harganya cuma empat ribu tapi enak dan gelasnya gede. worth it deh yang mau jalan-jalan ke Waru kalo mau mampir ke warung itu.






   



 



Setelah dari warung makan pattaya kita langsung ke tempat roti canai. Yeee ini dia tujuan utama ke Waru hehe. Roti canai ini pemiliknya orang asli luar negeri, entah Malaysia atau Bangladesh aku lupa, dan yang buat roti canainya itu cuma si bapak itu, makanya meskipun roti canai ini banyak pelanggannya bahkan dari kecamatan kota tapi si bapak tidak bisa membuka cabang, karena dia tidak bisa membelah diri (?) okedeh ini gak lucu. Roti canai yang khas itu yang original, jadi dia ada kuah karenya gitu. Tapi selain yang original juga udah banyak variannya rasanya, dan yang paling paling aku suka yang rasa pisang coklat, heem yummiii. Tapi kata Kiki yang baru pertama nyobain roti canai ini rasanya biasa aja, kayak roti maryam katanya :(  mungkin gegara dia udah lelah naik L300 jadi roti canainya jadi B aja wkwk. Nyampe rumah roti canainya udah langsung diburu habis sama orang rumah jadinya gak sempet di foto deh huhu




kurang lebih kayak gitu lah roti canai yang original, ada kuah karenya gitu :)


Itulah cerita perjalanan kita berwisata kuliner di Waru, mungkin kebanyakan randomnya, tapi semoga bermanfaat :D 


Minggu, 22 Oktober 2017

Happy 20th Birthday

Oktober 22, 2017 0 Comments
21 Oktober 2017



Waktu berjalan sangat cepat. Rasanya baru kemarin pulang sekolah TK trus nyari ibu di dalam rumah yang ternyata ngumpet di belakang pintu trus di kagetin. Rasanya baru kemarin pulang sekolah SD trus buku sekolahnya diperiksa sama ibu di kursi teras rumah. Rasanya baru kemarin seneng kalo hujan karena itu artinya berangkat sekolah SMP dianter sama ibu dan gak perlu ngayuh sepeda ontel selama 20 menit. Ah rasanya baru kemarin aku jadi putri kecil ibu yang nakal dan selalu ngerepotin.
Ibu putri kecil mu hari ini sudah berumur 20 tahun. Terimakasih banyak bu sudah mau mempertaruhkan  nyawa demi melahirkanku 20 tahun yang lalu. Kau rela mempertaruhkan nyawa untuk seseorang yang bahkan belum kau ketahui akan tampak seperti apa rupanya, akan bagaimana sikapnya padamu nanti, tapi kau rela bu kau rela mempertaruhkan nyawamu untukku. Ibu maafkan aku jika selama 20 tahun hidup di dunia ini belum bisa membahagiakanmu, dan terlalu sering merepotkan mu. Terimakasih atas rasa sabar mu yang tak terbatas menghadapi segala tingkah ku. Terimakasih ibu.
Ah sudah umur 20 tahun ya, sudah kepala dua, tapi saat aku melihat ke cermin rasanya sama saja, tetap Diana yang masih belasan tahun. Mungkin bedanya mengulang tahun kelahiran di umur yang semakin bertambah ini semakin biasa saja, tidak ada spesialnya seperti tahun-tahun lalu. Dulu setiap malam tanggal 20 Oktober aku akan begadang menunggu pergantian hari dan selalu menebak-menebak siapa yang akan memberi ucapan happy birthday pertama kali. Namun semakin bertambah umur rasanya sudah tidak penting lagi siapa yang mengucapkan pertama maupun terakhir. Kemarin saja aku tidur seperti biasanya, tidak mau lagi begadang menunggu siapa yang mengucapkan tepat tengah malam. Apa pentingnya ? ya itulah yang akan kalian rasakan di umur yang semakin bertambah. Malah rasanya semakin sedikit yang ingat hari ulang tahun kita semakin baik, karena sedikit pula yang tahu jika umur kita sudah bertambah semakin tidak muda lagi.
Tapi ternyata di umur 20 tahun ini masih ada yang mengucapkan happy birtday tepat pukul 00.01. Dia Acu, sahabatku dari SD. Ah Acu terimakasih masih ingat dan selalu ingat hari ulang tahunku, terimakasih sudah ngucapin tepat tengah malem padahal waktu ulang tahun mu tanggal 22 September kemarin aku telat ngucapinnya karena hectic banget di hari itu sampe gak sempet ngucapin huhu.
Thanks Acu :))

Imas, orang kedua yang ngucapin selamat di hari ini. Imas sahabat ku dari SMA. Terimkasih cong pagi-pagi udah ngirim voice note yang bikin aku terharu tapi ngakak karena foto yang kamu edit itu haha. Terimakasih doanya cong, kangen kamu.

Aku bahkan lupa ini foto dimana dan kapan cong :D

Orang ketiga yang ngucapin, Mifi. Mifi ini sahabat dari SD juga. Makasih ya Fay selalu inget ulang tahunku padahal waktu tanggal 16 Juli kemarin kayaknya aku lupa gak ngucapin happy birthday buat kamu :( So sorry Fay.
Big thanks buat Andoy si andul dan temen-temen kosan yang sudah ngasih surprise, terimakasih teman-teman. Terimakasih kue nya pas sekali aku lagi lapar kemarin haha. Pokoknya makasih banyak ya Ndoy, Love youuuu
Thank you Ndoy ({})


wkwk 


Terimakasih buat semua temen-temen yang sudah ngucapin yang gak bisa aku sebut satu-satu namanya. Terimakasih banyak. Semoga doa-doa kalian di ijabah Allah dan balik ke kalian juga. Sekali lagi terimakasih.
Last but not least, terimakasih ya Allah telah memberiku kesempatan untuk masih bisa hidup di bumi-Mu hingga umur 20 tahun ini. Hamba tahu ya Allah engkau masih memberikan kesempatan hidup ini karena dosa-dosa ku masih begitu banyak dan kau berikan kesempatan untuk ku bertaubat. Terimakasih ya Allah, semoga aku tidak menyia-nyiakan waktu yang telah engkau berikan. Karena sejatinya semakin bertambah umur kita semakin berkurang waktu kita di dunia ini. Ampuni hamba mu ini ya Rabb yang masih sering lalai terhadap perintah mu, ampuni dosa-dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dosa keluarga hamba, dan dosa teman-teman hamba. Semoga kelak kami dapat bersama-sama masuk ke dalam surga-Mu ya Rabb, Aamiin.


Kamis, 19 Oktober 2017

Senja Tak Lagi Sama

Oktober 19, 2017 2 Comments
5 September 2017


Berat mengubah sikap, sebab demi Tuhan rasa ini masih sama
Memandang wajahmu aku tak sudi
Mengertilah, telah semampunya aku tak ingin melihatmu lagi
Sementara waktu telah menyeretku jauh dari ragamu
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia
Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia
Melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu 
Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar

Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk
Supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan
Sehingga doa dapat melahirkan semangat
Dan kemudian buatku bangkit


Jika kau merasa setia dan ia meninggalkamu
Kau jangan dengan gagah berteriak ia tak setia
Setia adalah mencoba, bukan keadaan yang sesaat
Aku mencoba setia
Aku belajar tentang kesetiaan
Orang yang setia adalah orang yang menjaga
Orang yang memikirkan tentang kesetiaan
Setiap waktu
Aku meminta ampun kepada Tuhan
Sebab aku pernah berharap kalau suatu saat
Ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu
Aku ingin tak pernah lagi menginjak bumi
Sebab hidup  jadi terasa bagaikan dinding yang dingin

Aku harus menjadi paku
Sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu lagi yang aku lihat 
Sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum pulas
Semoga tidak kamu lagi.....


***


15 Agustus 2017


Sore ini langit senja begitu menawan, semburat jingganya membuat semua benda disekitar berubah menjadi kuning keemasan. Aku selalu suka melihat warna jingga di ufuk barat, dan yang paling favorite yaitu senja seperti saat ini. Menikmati senja di pinggir pantai bersama dengan dia, “Abang”.
Kupalingkan kepalaku ke samping untuk melihat sosoknya, sosok yang selalu aku kagumi. Senyumnya terukir menyipitkan mata menyaksikan matahari kembali keperaduan. Bukan, senyum itu tidak hanya terukir saat melihat matahari tenggelam, senyum itu selalu terukir diwajahnya. Saat berpapasan dengan orang-orang, dengan teman-teman, dengan adik tingkat, dengan penjaga gedung, bahkan dengan orang yang tak dikenalnya pun dia tidak ragu untuk memberikan senyumannya. Senyuman yang selalu bisa menenangkan orang lain, termasuk aku. Sempat kulontarkan tanya “Bang, abang gak capek ya senyum terus ?” tanyaku iseng saat itu
Dan dia hanya semakin mengembangkan senyumnya tanpa memalingkan wajahnya dari keindahan matahari yang akan tenggelam. Sesekali dia mengabadikan momen senja itu dalam kamera yang menggantung di lehernya.

Ih jawablah bang, gak capek ya senyum terus ? Sampe kucing di jalan aja di senyumin juga” candaku.

“Kenapa harus capek dek ? Senyum itu kan sedekah. Gak usah aku jelasin kamu udah tau kan ? lagian, bukan bahagia yang membuat kita tersenyum dek, tapi karena tersenyumlah maka kita akan bahagia” Jawabnya mantap.

Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku. Meskipun sebenarnya belum puas dengan jawabannya.
Sama seperti matahari, setiap orang yang ada di bumi ini hanya untuk sementara dek, untuk nanti kemudian dia akan pergi jika tugasnya telah usai.” Lanjutnya. Aku tetap diam menunggu lanjutan kalimatnya.

“Tujuan semua orang hidup itu untuk mati, Dek. Di bumi ini tugas kita hanya berbuat baik kepada semua orang untuk bekal kita nanti.”

Ih kok abang malah ngomongin mati sih” jawabku

“Kan tadi kamu tanya apa alasan abang selalu senyum sama setiap orang, ya itu jawabannya. Abang ingin menebarkan kebaikan, abang ingin menjadi orang yang akan di kenang kebaikannya kalau abang sudah pergi nanti”

“iya iya adek paham, udah ah jangan ngomongin mati” ucapku yang hanya ditanggapi dengan kekehan kecil dari bibirnya.


***


29 Agustus 2017


Hari ini langit Surabaya cerah. Berbanding terbalik dengan ku yang hari ini rasanya malas sekali untuk berangkat kuliah. Senin sore ia masih menyempatkan waktu untuk mengunjungiku, berpamitan pergi ke Malang dan menitipkan toga wisuda. Aku ingin sekali ikut tapi Abang melarang karena aku harus kuliah, sedangkan dirinya sudah libur, tinggal menunggu waktu wisuda tanggal sepuluh September nanti. Ah rasanya aku ingin cepat wisuda saja. Ku tarik nafas dan ku mantapkan langkah untuk melawan rasa malas ini.
Siang hari setelah jam kuliah selesai aku memilih untuk sholat di masjid kampus yang rindang dan sejuk. Seusai sholat aku masih duduk-duduk di teras masjid untuk menghilangkan penat. Siang ini awan mendung, sepertinya akan turun hujan. Akhir-akhir ini Surabaya beberapa kali sudah diguyur hujan. Entahlah bulan Agustus ini sebenarnya musim hujan atau musim panas, cuaca saat ini sudah sulit untuk diprediksi. Ku bergegas pulang, sesampainya di kosan ku buka smartphone untuk mengecek pesan-pesan yang masuk. Seringkali pesan-pesan hanya dari group ataupun official account, namun kali ini tidak, banyak panggilan tak terjawab dari temanku yang berada di Malang dan satu pesan dari sepupu Abang yang menanyakan keberadaanku. Tiba-tiba ada pesan masuk lagi, whatsapp dari teman SMA ku yang saat ini kuliah di Malang.
“Neng, Yudi kecelakaan. Tenggelem di air terjun.”
Membaca isi pesan tersebut seketika jantungku langsung berdegub sangat kencang. Entahlah pikiran-pikiran buruk langsung singgah di otakku. Shock? Tidak. Aku hanya berfikir “Permainan apa lagi bang yang kamu mainkan ?”


***


5 September 2017


Hari keenam. Ya hari ini hari keenam kepergiannya. Kepergian sosok Abang yang begitu aku kagumi. Jangan tanya bagaimana perasaanku waktu tau dia sudah tidak bernafas lagi, hancur, satu kata itulah yang bisa menggambarkannya. Dihari keenam ini, pelan-pelan aku sudah mulai mengikhlaskannya. Bukan hanya aku yang kehilangan sosoknya, semua orang yang mengenalnya merasa kehilangan. Hanya merasa kehilangan tapi tidak untuk merasa ditinggalkan.
Aku teringat percakapan saat menikmati senja terakhir dengannya kala itu. Dan ya dia berhasil, berhasil menggapai tujuan hidupnya, dikenang banyak orang saat dia telah tiada. Banyak, banyak sekali orang-orang yang merasa kehilangan sosok Abang. Sosok yang selalu ringan senyum serta ringan tangan membantu semua orang.  Aku benar-benar rindu akan senyumannya, senyum yang selalu bisa membuatku merasa tentram. “Semangat aaa” itulah pesan terakhir darinya saat aku mengeluhkan malas berangkat kuliah kala itu. Hari ini aku sadar bahwa isi pesan itu bukan hanya semangat untuk kuliah, tetapi semangat untuk terus melanjutkan hidup ini meskipun tanpa sosoknya, tanpa senyumnya, dan tanpa nasihat-nasihat darinya. Okay im try, Bang.


***


Langit senja kini memang tak pernah lagi sama. Tapi satu hal penting yang saat ini sudah aku pahami betul, bahwa hidup ini bukan hanya tentang diri kita sendiri. Bukan tentang kesuksesan-kesuksesan dan rencana-rencana hebat yang ingin kita raih, karena semua itu tak akan pernah ada habisnya. Hidup ini tentang bagaimana kita bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita, bagaimana kita akan dikenang oleh orang-orang jika kelak kita telah pergi, dan yang paling penting bagaimana Allah ridha akan segala hal yang kita lakukan di bumi-Nya. Bang, Langit senja kini memang tak lagi sama, tapi izinkan aku untuk tetap mengenangmu di sudut hati ini. Bang, langit senja kini memang tak lagi sama, tapi aku akan mencoba untuk bisa menjadi sepertimu, menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Bang, langit senja kini memang tak lagi sama, tapi senja tetap lah senja yang tetap indah dan menenangkan, dan aku akan tetap menyukai senja walau kini ia tak lagi sama. 


***

Rinduku sudah pada tahap keterlaluan
Nada yang ku dengar saat ini
Adalah nada indah yang bersemayan di atas penderitaan yang indah.
Penderitaan yang indah ?
Seperti apa ?
Dia..
Seperti rindu
Aku menyerah
Lantas apa cara untuk tidak merindu selain menemuimu ?
Jika tidak ada,
Biarkanlah aku menderita dalam keindahan
Teruntukmu yang ku ingini tanpa mengingini aku kembali
Dalam hela nafasku
Ada rindu di dalamnya yang tak akan pernah berhenti
Sebelum aku mati
Sumpahku satu
Akan ku buat rinduku, menjadi rindumu
*Panji Ramdana


***





Follow Us @elhidadiana